ads
Firman Syah »
Internet
»
Seruan Boikot Produk Israel Bersifat Luas
Seruan Boikot Produk Israel Bersifat Luas
Posted by Firman Syah on Thursday, March 10, 2016 |
Internet
JAKARTA
- Juru bicara Kementerian Luar Negeri Indonesia, Arrmanantha Nassir
mengungkap perbedaan seruan boikot produk Israel di KTT Luar Biasa OKI
di Jakarta, dengan seruan sejenis lainnya. Arrmanantha mengatakan,
seruan sebelumnya bersifat sempit, sedangkan seruan ini bersifat luas.
"Yang harus dibedakan adalah seruan-seruan sebelumnya dengan seruan kali ini. Seruan kali ini mengajak masyarakat internasional, kalau seruan sebelumnya hanya mengajak negara-negara OKI dan Gerakan Non-Blok, sedangkan kali ini mengajak masyarakat internasional. Itu bedanya," ucap Arrmanantha pada Kamis (10/3).
Sementara itu, ketika disinggung apakah seruan boikot ini akan berdampak pada Israel, diplomat yang kerap disapa Tata itu menuturkan, dirinya tidak bisa memprediksi hal itu. Sebab, hal itu bergantung pada kebijkan setiap negara.
"Seberapa efektifnya, kita harus melihat dari kebijakan masing-masing negara. Contohnya seperti Uni Eropa yang punya mekanismenya sendiri," sambungnya.
"Saat ini juga ada beberapa aturan perdagangan, seperti di WTO. Mekanisme di Eropa mengenai labeling yang akhirnya menentukan konsumennya sendiri untuk membeli produk dari kawasan illegal, yang harus kita patuhi," pungkasnya.
"Yang harus dibedakan adalah seruan-seruan sebelumnya dengan seruan kali ini. Seruan kali ini mengajak masyarakat internasional, kalau seruan sebelumnya hanya mengajak negara-negara OKI dan Gerakan Non-Blok, sedangkan kali ini mengajak masyarakat internasional. Itu bedanya," ucap Arrmanantha pada Kamis (10/3).
Sementara itu, ketika disinggung apakah seruan boikot ini akan berdampak pada Israel, diplomat yang kerap disapa Tata itu menuturkan, dirinya tidak bisa memprediksi hal itu. Sebab, hal itu bergantung pada kebijkan setiap negara.
"Seberapa efektifnya, kita harus melihat dari kebijakan masing-masing negara. Contohnya seperti Uni Eropa yang punya mekanismenya sendiri," sambungnya.
"Saat ini juga ada beberapa aturan perdagangan, seperti di WTO. Mekanisme di Eropa mengenai labeling yang akhirnya menentukan konsumennya sendiri untuk membeli produk dari kawasan illegal, yang harus kita patuhi," pungkasnya.
Sumber : di sini
Top 5 Popular of The Week
-
Sebagai seorang artis Aurel Hermansyah sadar benar kalau dia harus menjaga tubuh. (Instagram @aurelie.hermansyah) Jakarta Industri hibu...
-
Founder Yogrt Jason Lim mempresentasikan mengenai aplikasi sosial media Yogrt kepada media di Jakarta, Selasa (8/2/2016). Liputan6.c...
-
Kisah dalam film Kung Fu Panda 3 memiliki rangkaian adegan mengharukan dengan unsur nan menggemaskan. Liputan6.com, Jakarta - Su...
-
Selasa, 29 Maret 2016 09:15 BTAzone.com - Sejak Hari Minggu (27/3) kemarin, publik dibuat shock dengan kemunculan berita tentan...
-
btazone.com Laporan bobolnya beberapa akun Lazada memberi pembelajaran tersendiri bagi salah satu e-commerce terbesar di Indonesia ini. ...
-
Bateeq memperkenalkan 38 koleksi terbarunya untuk musim fall/winter 2016 di Indonesia Fashion Week 2016, di Jakarta, Sabtu (...
-
Para istri petani tembakau, anggota Kelompok Belajar Masyarakat binaan PT HM Sampoerna Tbk (Sampoerna) memamerkan hasil karya me...
-
BTAzone.com – Fb Akhirnya Buka Kantor Di Indonesia Dengan Pimpinan Sri Widowati. Petinggi Facebook (Fb) yang berada di Indoneisa S...
-
Foto Saipul Jamil keluar dari ruang Labotarium BNN setelah tes urine di Gedung Laboratorium Badan Narkotika Nasional (BNN) Kasus pe...
-
Jakarta - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan hadir sekaligus membuka acara Pekan Kebudayaan Saudi Arabia di Museum Nasional...
No comments: